KONSEP PENDIDIKAN MENURUT IBNU TAIMIYAH
A. Riwayat Ibnu Taimiyah
Nama lengkapnya adalah Taqiyuddin Ahmad bin Abdul Hakim bin Taimiyah, lahir di kota Harran wilayah syiria, lima tahun setelah baghdad dikuasai oleh pasukan Mongol dibawah Hulagu Khan. Beliau lahir pada hari senin tanggal 10 Rabi’ul Awal 661 H/ 22 Januari 1263 M. Dan wafat di damaskus malam senin, 20 Dzulqa’idah 728 H/26 September 1328 M.
Ayahnya bernama Syihab ad-Din al-Halim Ibn ‘Abd Salam (627-672 H) seorang faqih bermazhab Hambali. Telah disebutkan bahwa keluarga Ibn Taimiyah berpegang teguh pada mazhab Hambali. Hal tersebut sangat mempengaruhi pemikiran Ibn Taimiyah, maka pusaran ide-idenya tertuju pada pemurnian islam dengan semboyan ar-Ruju’ ila al-Quran wa as-Sunnah. Konsekuensi dari pusaran ide-idenya ialah kritiknya terhadap mantiq dan filsafat.
Pemikiran dan pandangan Ibn Taimiyah dapat dijumpai dalam karya-karyanya yang menurut perkiraan para peneliti berkisar antara 300-500 buah, dalam jilid besar dan kecil.
Ibnu Taimiyah sejak kecil dikenal sebagai seorang anak yang mempunyai kecerdasan otak luar biasa, tinggi kemauan dan kemampuan serta tegas dan teguh dalam menyatakan dan mempertahankan pendapat (pendirian). Kecerdasan otak dan kepribadian yang baik Ibn Taimiyah yang dikenal dengan wara’, zuhud dan tawadhu’nya ternyata mampu mengantarkan dirinya menjadi seorang ulama besar yang menguasai banyak ilmu dan pengalaman.
B. Konsep Pendidikan Ibnu Taimiyah
Pemikiran Ibn Taimiyah dalam bidang pendidikan dapat dibagi kedalam pemikirannya dalam bidang filsafah pendidikan, tujuan pendidikan, kurikulum, hubungan pendidikan dengan kebudayaan. Seluruh pemikirannya itu ia bangun berdasarkan keterangan yang jelas sebagaimana terdapat dalam Al-Quran dan as-sunnah melalui pemahaman yang mendalam dan enerjik.
1. Falsafah Pendidikan
Dasar atau asas yang digunakan sebagai acuan falsafah pendidikan oleh Ibn Taimiyah adalah ilmu yang bermanfaat sebagai asas bagi kehidupan yang cerdas dan unggul. Selanjutnya Ibn Taimiyah mengatakan bahwa ilmu yang bermanfaat yang didasarkan atas asas kehidupan yang benar dan utama adalah ilmu yang mengajak kepada kehidupan yang benar dan utama adalah ilmu yang mengajak kepada kehidupan yang baik yang diarahkan untuk berhubungan dengan al-Haq(Tuhan) serta dihubungkan dengan kenyataan-kenyataan makhluk serta memperteguh rasa kemanusiaan. Hal ini menurutnya dapat dibangun atas dua hal, yaitu :
1) At- Tauhid (mengesakan Allah)
Tauhid yang menjadi asas pendidikan itu menurut Ibn Taimiyah dapat dibagi menjadi 3, yaitu tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah dan tauhid asma dan sifat. Yang dimaksud dengan tauhid rububiyah adalah meyakini seyakin-yakinnya bahwa Allah itu Esa, yang menciptakan semua makhluk, mengatur dan membimbingnya. Sedangkan yang dimaksud dengan tauhid uluhiyah adalah meyakini bahwa Allah-lah satu-satunya Tuhan yang pantas disebut Tuhan, ditaati dan dipatuhi segala perintah-Nya dan dijauhi segala larangan-Nya. Sementara yang dimaksud tauhid asma dan sifat adalah meyakini bahwa segala yang berjalan dalam kenyataan dialam raya ini merupakan perbuatan dan aturan Tuhan. Segala sesuatu berasal dari-Nya dan akan berakhir kepada-Nya.
2) Tabi’at Insaniyah (kemanusiaan)
Menurut Ibn Taimiyah bahwa manusia dikaruniai tabi’at atau kecenderungan mengesakan Tuhan (tauhid) sebagaimana terkadung dalam falsafah pendidikan. Manusia diciptakan Allah dan didalam dirinya terdapat kecenderungan beribadah hanya kepada Allah tanpa menyekutukannya, sebagaimana jasmani yang membutuhkan makan dan minum.
Selanjutnya Ibn Taimiyah mengatakan bahwa seseorang tidak akan dapat mencapai pengembangan kecenderungan tauhidnya itu dengan sempurna kecuali melalui pendidikan dan pengajaran. Dengan demikian terdapat ar-risalah dan ar-Rasul. Yang dimaksud dengan ar-risalah adalah pendidikan yang tujuannya membuka hati manusia agar mau menerima sesuatu yang bermanfaat dan menolak sesuatu yang merusak. Sedangkan yang dimaksud ar-Rasul atau as-syari’ adalah cahaya yang dilimpahkan Tuhan kepada akal manusia sehingga dapat dia gunakan untuk menimbang sesuatu yang bermanfaat dan menolak sesuatu yang berbahaya.
2. Tujuan Pendidikan
Menurutnya tujuan pendidikan dapat dibagi kepada tiga bagian sebagai berikut.
a. Tujuan Individual
Pada bagian ini tujuan pendidikan diarahkan pada terbentuknya pribadi muslim yang baik, yaitu seseorang yang berfikir, merasa dan bekerja pada berbagai lapangan kehidupan pada setiap waktu sejalan dengan apa yang diperintah Al-Quran dan As-sunnah.
b. Tujuan Sosial
Pada bagian ini Ibn Taimiyah mengataka bahwa pendidikan juga harus diarahkan pada terciptanya masyarakat yang baik yang sejalan dengan ketentuan Al-Quran dan As-sunah.
c. Tujuan Da’wah Islamiyah
Tujuan ketiga yang harus dicapai oeh pendidikan menurutnya adalah mengarahkan umat agar siap dan mampu memikul tugas dakwah islamiyah keseluruh dunia.
3. Kurikulum
Menurut Ibn Taimiyah kurikulum atau materi pelajaran yang utama yang harus diberikan kepada anak didik adalah mengajarkan putera-puteri kaum muslimin sesuai yang diajarkan Allah kepadanya, dan mendidiknya agar selalu patuh dan tunduk kepada Allah dan RasulNya. Ibn Taimiyah mencoba menjelaskan kurikulum dalam arti materi pelajaran dalam hubungannya dengan tujuan yang ingin dicapainya, yang secara ringkas dapat dikemukakan melalui 4 tahap :
Pertama, kurikulum yang berhubungan dengan mengesakan Tuhan (ayat-ayat Allah yang ada dalam kitab suci Al-Quran dan ayat-ayatNya yang ada dijagad raya dan diri manusia sendiri).
Kedua, kurikulum yang berhubungan dengan mengetahui secara mendalam terhadap ilmu-ilmu Allah.
Ketiga, kurikulum yang berhubungan dengan upaya yang mendorong manusia mengetahui secara mendalam terhadap kekuasaan Allah.
Keempat, kurikulum yang berhubungan dengan upaya yang mendorong untuk mengetahui perbuatan-perbuatan Allah.
Ilmu-ilmu yang dapat Menyempurnakan Agama dan Akal
Sejalan dengan dengan pandangannya, Ibn Taimiyah membagi ilmu kepada dua bagian:
Pertama, ilmu yang berkaitan dengan mendidik, mengajar dan membimbing manusia tentang akidah, kecakapan individual dan kemasyarakatan, yang semuanya ini dinamai ilmu samiyat,
Kedua, ilmu yang berhubungan dengan pembinaan fisik dan akal, seperti ilmu kedokteran, matematika, fiska, dan astronomi. Semua ini termasuk ilmu yang bersifat aqliyah (intelektualistik).
Ruang Lingkup Kurikulum
Berdasarkan pembagian ilmu tersebut, Ibn Taimiyah membagi ruang lingkup kurikulum ke dalam tiga bagian sebagai berikut:
1. Ilmu agama, ilmu ini oleh Ibn Taimiyah dibagi menjadi 2 bagian, yaitu Ilmu Ijbariyah (ipada lmu yang dipaksakan) dan ilmu ikhtiyariyah (ilmu yang diusahakan).
2. Ilmu Aqliyah. Agama menilai cukup dengan dalil kemudian menyerahkannya kepada akal dan panca indera untuk membahasnya. Ilmu ini mencakup ilmu matematika, kedokteran, biologi, fisika, sosial dan lain sebagainya. Tujuan ilmu ini adalah untuk menyaksikan ayat-ayat Allah yang terdapat di jagad raya.
3. Ilmu askariyah. Ilmu ini diajukan Ibn Taimiyah dalam rangka menjawab kebutuhan zaman dan memenuhi para peneliti yang menghendaki agar pendidikan tetap sejalan dengan perkembangan masyarakat.
3. Metode Pengajaran
Menurut Ibn Taimiyah pada garis besarnya metode pengajaran dapat dibagi kepada dua bagian, yaitu metode ilmiyah dan metode iradiyah.
1). At- Thariqah al-‘Ilmiyah (Metode Ilmiyah)
Ibn Taimiyah menamai metode ilmiyah karena dengan metode itulah akan dijumpai pemikiran yang lurus dalam memahami dalil, argumen dan sebab-sebab yang menyampaikan pada ilmu, dan orang yang menyampaikan cara tersebut dinamai at-thalib(penuntut ilmu). Sementara an-nadzr (perenungan) di bawahnya terdapat unsur hak dan bathil, terpuji dan tercela. Metode ilmiyah ini didasarkan pada tiga hal, yaitu (1) benarrnya alat untuk mencapai ilmu, (2) penguasaan secara menyeluruh terhadap seluruh proses belajar, dan (3)mensejajarkan antara amal dan pengetahuan.
2). At-Thariqah al-Iradah
Ibn Taimiyah menamai metode al-Iradiyah, karena metode itu merupakan metode yang mengantarkan seseorang pada pengamalan ilmu yang diajarkannya. Tujuan utama metode ini adalah mendidik kemauan seorang pelajar sehingga ia tidak tergerak hatinya untuk melakukan sesuatu perbuatan kecuali yang diperintahkan Allah swt.
Daftar Pustaka
Suwito dan Fauzan, Sejarah Pemikiran Para Tokoh Pendidikan, Bandung: Percetakan Angkasa Bandung 2003, Cet. 1, Hlm. 229.
Husayn Ahmad Amin, Seratus Tokoh dalam Sejarah Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999, h.229.
Abul Hasan Ali An-Nadawi, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Solo: CV. Pustaka Mantiq, 1995, h.41
Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001, h.130
Ibrahim Zaki Khurshid, Da’irah al-Ma‘arif al-Islamiyah:, Mathba‘ah al-Sya‘ab, Tahun 1969
Share This :
comment 0 Komentar Yang Masuk
more_vert